Aroma obat yg menyengat, tangis samar orang berduka, wajah sembab para keluarga pasien yg menunggu di depan ruangan, mahasiswa ko-ass yang entah berapa jumlahnya tak henti2 berlalu lalang, dan pun tak ketinggalan para penjenguk yg berpakaian rapi tapi tak henti ngerumpi .
Tempat ini mirip pasar.
Sepanjang jalan yang kudengar keluhan ibu-ibu yang menggema.
Mereka menyoal harga, pelayanan, ruang tunggu, dan sekawanan protes ala emak-emak.
Sepanjang jalan yang kudengar keluhan ibu-ibu yang menggema.
Mereka menyoal harga, pelayanan, ruang tunggu, dan sekawanan protes ala emak-emak.
Rumah sakit tak senyaman dulu.
Dia bukan lagi tempat dimana saya memasukkannya sebagai pilihan rihlah individu.
Dia bukan lagi tempat dimana saya memasukkannya sebagai pilihan rihlah individu.
Rumah sakit tak sebaik dulu, dengan para pekerjanya yang murah senyum, para penjaga pasien yang suka berbagi cerita, dan pengunjung yg menjaga suara.
Setelah kurenung,
yang memusingkan orang-orang ini cuma satu, Tagihan!
Setelah kurenung,
tempat ini tak nyaman lagi ternyata karena memang bukan lagi tempat penyembuhan, tapi tempat pemalakan!
Salah siapa?
Dokter, perawat, dan staff jajarannya?
Atau penjaga pasien, pembesuk, atau malah salah pasien sendiri?
Dokter, perawat, dan staff jajarannya?
Atau penjaga pasien, pembesuk, atau malah salah pasien sendiri?
Memangnya fungsi penguasa dalam negara bukan lagi penjamin keselamatan warga ya?
Mengapa optionalnya bukan lagi pemimpin negara?
Apa defenisi ' jaminan' versi saya dan mereka yg tak sama?
Entahlah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar