Selasa, 09 Juni 2015

Tak Sesuaikan Diri dengan Lawan Bicara, Bisa Berabe Urusannya!

Bahasa merupakan alat komunikasi. Cara menempatkannya, susunannya, dan pemilihan kata nya sangat mempengaruhi informasi yang ditangkap oleh pendengar. 

Disini kita membahas tentang komunikasi langsung, bukan tidak langsung seperti sms yang sudah berhati – hati memilih kata-kata pun bisa menimbulkan kesalahpahaman, apalagi ga dipilih sama sekali, ngetik tanpa lihat screen gituh. Misalnya temanmu sms rada panjang, “sist, bla bla bla bla” lalu kamu balas “Y” supaya singkat dan kebetulan kamu lagi dijalan. Tidak lama kemudian Hp berderiing “Halo, kamu marah ya? perkataanku ada yg salah???” yaahh panjang deh kalo bahas komunikasi ga langsung.

Well, saya mau bincang – bincang secara tidak langsung mengenai perbincangan langsung.(pahami sendiri maksudnya :p)


Alkisah, ada seorang ustazah yang diamanahkan membina 5 orang remaja yang ingin halqah rutin setiap minggunya. Mereka adalah siswi kelas 1 SMA, dan ustazahnya merupakan seorang mahasiswi. Pada pertemuan pertama setelah perkenalan, mereka mulai membaca mukaddimah kitabnya yang berbahasa Arab. Kemudian sang ustazah mulai menjelaskan maksud paragraf kitabnya, ternyata salah satu binaan barunya ada yang ngelamun. Ustazah bertanya
“kenapa dek?”
“gapapa kok kak”
“kalau ada masalah, nanti saja selesai halqah kita bincangkan”
“ya kak”
“kakak harap adik – adik minggu depan bawa gelas kosong ya, jadi ilmunya bisa diserap utuh”

Seminggu berlalu, mereka bertemu lagi di masjid biasa, dan... wow! Ustazahnya kaget, adik yg kemarin melamun beneran nyodorin gelas kosong “memangnya apa hubungannya ilmu dgn gelas kosong kak?” ia bertanya dengan polosnya. 
Kemudian sang ustazah menjelaskan maksudnya “gelas kosong itu umpama pikiran yg siap diisi ilmu dan mengesampingkan hal lain terlebih dahulu dik ...” jelasnya sambil diselingi tawa. 
Wajah adik itu pun memerah. 

Tentu ungkapan gelas kosong biasa dikenal oleh orang – orang yang pernah mengikuti seminar atau training, wajar sang adik salah paham. Ya di satu sisi memang beliau terlalu polos untuk tidak menangkap maksudnya. :D
Cerita diatas bisa dijadikan contoh, tak usahlah menggunakan kata – kata ambigu tanpa penjelasan untuk orang yang baru dikenal. Kita belum tahu tingkat kepekaan orang lain terhadap informasi yang ia tangkap.

Kisah lainnya datang dari seorang mahasiswa yang sedang menjalankan program KKN di sebuah desa. Ia mengadakan penyuluhan tentang kewirausahaan. Pak Kades sudah mengumpulkan warganya di ruang sederhana, sang mahasiswa pun memaparkan isi slide show dengan kerennya.

Ketika memasuki sesi tanya-jawab, seorang bapak mengacungkan tangan, setelah sedikit berbisik dengan temannya di samping kanan dan kiri, diapun berbicara, “Nak, mohon maaf ini sebelumnya, sebenarnya kami tidak mengerti apa yang disampaikan. Kata – katanya itu loh nak, sulit dipahami orang – orang tua seperti kami yang memang tidak berpendidikan tinggi. Saya sendiri hanya tamatan SD. Tolong pemaparannya diulang dari awal lagi tanpa menggunakan bahasa sasi sasi

Guuubbbraaaakkkkk!!! Rasanya itu mahasiswa pengin salto keliling ruangan untuk menenangkan diri. Tapi untung lah dia masih normal dan mengurungkan niat ekstrem nya itu. Setelah menghela nafas panjang, ia merasa berkewajiban untuk mengulanginya dari awal walau sedikit terpaksa. Tentu saja penyampaiannya jadi tidak maksimal karena diburu waktu azan yang hampir tiba.

Hmm soal komunikasi rasanya banyak sekali contoh yang bisa kita angkat dari lingkungan sekitar. Yang jelas saya ingin berpesan, gunakanlah kata yang tepat untuk berbicara dengan yang lebih muda seperti anak – anak, ataupun kepada orang tua yang tidak ingin diberatkan kepalanya oleh istilah asing yang diindonesiakan. Gunakan saja bahasa sehari – hari yang sederhana. Kalau di kampus atau dengan dosen ya terserah saja. Pandai – pandai kitalah menempatkannya.


Saya khawatir lho, jika anda salah menyampaikan informasi atau nyaris frustrasi dalam suasana penting, jadinya malah melakukan apa yang terbersit di benak mahasiswa diatas :D 

haha.. peace.. i know u'r such of normal person too :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar